laman

Jumat, 23 September 2011

Maka istikharahlah

MAKA ISTIKHARAHLAH.
Oleh: Rajitusyah
Dihari pelakssanaan wisuda  salah satu Jurusan disuatu Universitas nampak seorang perempuan yang wajahnya dibaluti rasa kecemasan. Hari ini adalah hari terakhir ia dikota tempat perantauan. Dia melihat seseorang yang berjalan disebelah kanannya. Seorang pemuda tampan beriringan dengannya mengikuti hari yang paling diimpikan oleh segenap mahasiswa manapun.
 
Perempuan yang bernama Andini itu bimbang karena  akan meninggalkan orang yang ia sayang. Sahabat, saudara bahkan belahan jiwanya. Mereka akan pergi menaruskan cita-cita untuk masa depan. Perempuan tersebut berencana akan kembali ke kampung halamannya untuk meneruskan harapan yang tersirat dalam hati dan harapan orang tua. Ia tak sanggup berpisah dengan orang yang sangat ia puja. Harapan mereka mungkin akan punah jika hanya menjalaninya dengan cinta jarak jauh.
            Acara pun selesai. Wisudawan dan wisudawati merayakan dengan membuat syukuran kecil atas keberhasilah yang telah diraih. Andini menghapiri buah hatinya dengan seribu perasaan gundah. Seorang pemuda yang selama ini  menuntun ia kearah yang diridhai Tuhannya. Ia pun mulai membuka mulut untuk bertanya suatu hal yang tersirat dalam hatinya
            “Maafkan aku jika aku terlalu lancang, aku sungguh merasa malu padamu dan pada Tuhanku, seorang wanita sangat merasa janggal jika mengungkapkan hal ini, tapi demi kasih yang tulus untukmu aku akan mencobanya. Aku begitu mencintaimu, aku sangat berharap cintaku tidak bertepuk sebelah tangan. Kau adalah lelaki yang sempurna untuk menunjukan jalan aku menatap jalan yang diridhai Allah.”
            Lelaki itu hanya mengangguk memberi isyarat jika dia juga mencintai orang yang mencintainya. Andini tersenyum melihat anggukan orang yang didepannya. Senyumnya tiba-tiba berubah dan di sisi kedua matanya Nampak butiran bening mulai mebasahi.
            “Kita mungkin akan  berpisah, apa mungkin hubungan kita dapat diteruskan sedangkan  jarak kita begitu jauh”   
            “Apa sebuah cinta hanya berbatas jarak” jawab pemuda itu dengan santai
            “Aku takut kita akan berpisah selamanya,”
            “Bukankah setiap pertemuan pasti ada akhirnya”                                                     
            “Iya, aku tahu, aku takut jika orang tuaku akan menjodohkan ku dengan orang lain, kamu tahukan aku seorang wanita, aku tidak mungkin untuk menolaknya”                                           
            “ Tidak percayakah kamu pada Tuhanmu,  segala sesuatu yang akan dihadapi hamba-Nya telah diatur oleh-Nya semenjak manusia berada di Lauhul Mahfuz.”
            Perempuan itu mulai menangis, hatinya kecewa pada pasangannya. Seakan ia tidak merasakan bahwa kekasihnya tidak mencintainya. wanita tersebut bergegas pergi meninggalkan sang pemuda seorang diri.
Keesokan harinya Andini berhias diri dengan perasaan luka , ia mencoba memupuk kembali rasa yang tersimpan dalam hatinya. Seorang tukang Pos datang memberikan selembar surat padanya. Andini  melihat bahwa pengirim yang tertera di amplop surat adalah orang yang paling sayang, mungkin juga orang yang paling ia benci saat ini. Hatinya mulai bergetar ketika mulai membaca kata demi kata                                                                                                    
Dear Andini
Assalamualaikum wr...wb...
Dengan mengucapkan Bismillahhirrahmanirahim aku mencoba menuliskan surat yang kata orang –orang udah gak jaman lagi. aku sengaja menulis ini supaya kita sama-sama menyadari bahwasanya Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya.
Aku tahu betapa sedihnya kita telah terpisah, ini bukan berarti kita tidak bertemu lagi kan!, jangan lah hati kita ini dibaluti prasangka. Hanya perlu kamu tahu, cinta ini tidak akan hilang sampai kapanpun, jangan perlu kau takutkan!
Bila suatu saat ada orang lain datang kepadamu untuk dijadikan istri, maka istikharahlah, ataupun orang tuamu ingin menjodohkanmu, maka istikharahlaah. Dan bila nanti sudah tiba saatnya aku datang untuk melamarmu maka beristikharahlah. Pilihan kita kadang sering keliru. Maka bermohonlah pada Allah untuk diberi petunjuk.
Jangan perlu kautakutkan Andini, janji Allah adalah nyata, jika kita berjodoh berarti Allah mengabulkan doa-doa kita, namun jika sebaliknya bararti Allah telah mengatur suatu hal yang terbaik untuk kita.
Sekian dulu ya, semoga engkau dan keluargamu selalu dalam lindungan Allah SWT                      
            Wassalam
dari orang yang mencintaimu

Fahmi Amar

            Andini melipat surat yang barusan dibacanya. Hatinya  mulai tenang, yang ia dapatkan adalah satu kepastian dan membuka mata hatinya jika hanya Allahlah yang akan memberi Hidayah bagi setiap Hamba-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar