MAKA
ISTIKHARAHLAH.
Oleh: Rajitusyah
Dihari
pelakssanaan wisuda salah satu Jurusan
disuatu Universitas nampak seorang perempuan yang wajahnya dibaluti rasa
kecemasan. Hari ini adalah hari terakhir ia dikota tempat perantauan. Dia melihat
seseorang yang berjalan disebelah kanannya. Seorang pemuda tampan beriringan
dengannya mengikuti hari yang paling diimpikan oleh segenap mahasiswa
manapun.
Perempuan
yang bernama Andini itu bimbang karena
akan meninggalkan orang yang ia sayang. Sahabat, saudara bahkan belahan
jiwanya. Mereka akan pergi menaruskan cita-cita untuk masa depan. Perempuan
tersebut berencana akan kembali ke kampung halamannya untuk meneruskan harapan
yang tersirat dalam hati dan harapan orang tua. Ia tak sanggup berpisah dengan
orang yang sangat ia puja. Harapan mereka mungkin akan punah jika hanya
menjalaninya dengan cinta jarak jauh.
Acara pun selesai. Wisudawan dan wisudawati merayakan
dengan membuat syukuran kecil atas keberhasilah yang telah diraih. Andini menghapiri
buah hatinya dengan seribu perasaan gundah. Seorang pemuda yang selama ini menuntun ia kearah yang diridhai Tuhannya. Ia
pun mulai membuka mulut untuk bertanya suatu hal yang tersirat dalam hatinya
“Maafkan aku jika aku terlalu lancang, aku sungguh merasa
malu padamu dan pada Tuhanku, seorang wanita sangat merasa janggal jika
mengungkapkan hal ini, tapi demi kasih yang tulus untukmu aku akan mencobanya. Aku
begitu mencintaimu, aku sangat berharap cintaku tidak bertepuk sebelah tangan.
Kau adalah lelaki yang sempurna untuk menunjukan jalan aku menatap jalan yang
diridhai Allah.”
Lelaki itu hanya mengangguk memberi isyarat jika dia juga
mencintai orang yang mencintainya. Andini tersenyum melihat anggukan orang yang
didepannya. Senyumnya tiba-tiba berubah dan di sisi kedua matanya Nampak
butiran bening mulai mebasahi.
“Kita
mungkin akan berpisah, apa mungkin
hubungan kita dapat diteruskan sedangkan
jarak kita begitu jauh”
“Apa sebuah cinta hanya berbatas jarak” jawab pemuda itu
dengan santai
“Aku takut kita akan berpisah selamanya,”
“Bukankah setiap pertemuan pasti ada akhirnya”
“Iya, aku tahu, aku takut jika orang tuaku akan
menjodohkan ku dengan orang lain, kamu tahukan aku seorang wanita, aku tidak
mungkin untuk menolaknya”
“ Tidak percayakah kamu pada Tuhanmu, segala sesuatu yang akan dihadapi hamba-Nya
telah diatur oleh-Nya semenjak manusia berada di Lauhul Mahfuz.”
Perempuan itu mulai menangis, hatinya kecewa pada
pasangannya. Seakan ia tidak merasakan bahwa kekasihnya tidak mencintainya.
wanita tersebut bergegas pergi meninggalkan sang pemuda seorang diri.
Keesokan
harinya Andini berhias diri dengan perasaan luka , ia mencoba memupuk kembali
rasa yang tersimpan dalam hatinya. Seorang tukang Pos datang memberikan
selembar surat padanya. Andini melihat
bahwa pengirim yang tertera di amplop surat adalah orang yang paling sayang,
mungkin juga orang yang paling ia benci saat ini. Hatinya mulai bergetar ketika
mulai membaca kata demi kata
Dear Andini
Assalamualaikum wr...wb...
Assalamualaikum wr...wb...
Dengan mengucapkan
Bismillahhirrahmanirahim aku mencoba menuliskan surat yang kata orang –orang
udah gak jaman lagi. aku sengaja menulis ini supaya kita sama-sama menyadari
bahwasanya Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya.
Aku tahu betapa sedihnya kita telah
terpisah, ini bukan berarti kita tidak bertemu lagi kan!, jangan lah hati kita
ini dibaluti prasangka. Hanya perlu kamu tahu, cinta ini tidak akan hilang
sampai kapanpun, jangan perlu kau takutkan!
Bila suatu saat ada orang lain
datang kepadamu untuk dijadikan istri, maka istikharahlah, ataupun orang tuamu
ingin menjodohkanmu, maka istikharahlaah. Dan bila nanti sudah tiba saatnya aku
datang untuk melamarmu maka beristikharahlah. Pilihan kita kadang sering
keliru. Maka bermohonlah pada Allah untuk diberi petunjuk.
Jangan perlu kautakutkan Andini, janji
Allah adalah nyata, jika kita berjodoh berarti Allah mengabulkan doa-doa kita,
namun jika sebaliknya bararti Allah telah mengatur suatu hal yang terbaik untuk
kita.
Sekian dulu ya, semoga engkau dan
keluargamu selalu dalam lindungan Allah SWT
Wassalam
dari orang yang mencintaimu
Fahmi Amar
Andini melipat surat yang barusan dibacanya. Hatinya mulai tenang, yang ia dapatkan adalah satu
kepastian dan membuka mata hatinya jika hanya Allahlah yang akan memberi Hidayah bagi setiap Hamba-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar