laman

Kamis, 20 Januari 2011

catatan untuk seseorang

Keakraban yang terlahir sebenarnya bukan sebuah impian, namun semua itu hanya kebetulan. Di balik sebuah masalah pasti akan ada hikmah yang mungkin sangat sulit terungkapkan.
Tak sepatutnya kita mengangap bahwa sebuah pertemuan akan berakhir dengan sia-sia, merasa menyesal apa yang telah terjadi dan kita lakukan.
Sebelumnya aku minta maaf bahwa apa yang akan kutulis ini mungkin akan membawa penyesalan bagi siapa yang merasakan. Bukan maksud aku mengumbar semua kenangan. Tapi ini semua hanya sebagai bahan introfeksi dan pelajaran dari pengalaman yang telah ada.

Kamu harus tahu apa yang terjadi sebenarnya dan kenapa aku mencoba menjaga jarak..
Malam itu dengan suara manismu kau meminta aku untuk menjemputmu pagi hari. Aku tidak tahu kemana kamu akan mengajakku, yang pastinya aku akan memenuhi segala keinginanmu.
Tak seperti biasanya kamu seperti alarm yang membangunkanku di pagi itu. Berulang ulang kali kamu miscall walau sebenarnya aku telah terjaga.
Dengan perasaan guntai aku mencoba memasuki pagar tinggi yang terpampang berdiri kokoh di depan rumahmu. Terlihat sosok orang yang membuat aku sedikit deg deg kan. Aku mencoba menyapa dengan melebarkan sedikit senyuman.
"ada apa pagi pagi kesini" terdengar jelas suara dari sosok orang yang selalu menjadi kebanggaan keluargamu.
Jawabanku cuma singkat, kubilang aku ingin menjemput mu, seperti yang kau bilang padaku malam harinya.
"kami telah mengetahui ada apa antara kalian, lebih baik kamu pulang saja dan jangan pernah kesini lagi. Tak ada gunanya kamu selalu menjemput dia (kamu), kami gak ingin anak anak kami menjadi suram masa depannya". Kata kata itu masih tersimpan jelas di memori otakku.Walau berbagai alasan aku mencoba meyakinkan orang tuamu. Tapi hal itu tidak ada maknanya.
Siang hari kamu menelpon aku, dengan sedikit kekesalan kuangkat telpon dan berharap bisa memecahkan apa yang telah terjadi padaku dipagi tadi, bukan ketenangan yang kudapatkan. Kamu malah menodong aku dengan anggapan aku seorang munafik. Tidak bisa menepati janji, dan Penjelasanku kau anggap hanya alasan. Aku bingung harus mengatakan apa, aku pikir kamu telah mengetahui apa yang terjadi antara aku dan bapakmu di pagi itu.
Saat kamu telah mendengar semua yang terjadi, seakan-akan kamu bagai patung yang tak bernafas. Nampak masih ada sedikit bimbang dan keraguan dihatimu, aku tahu itu
Ya sudah lah, semua yang terjadi di hari itu bukanlah kemauan kita. Mungkin orang tuamu ada juga benarnya. Aku bukan sosok yang bisa diandalkan, tak ada yang dapat diharapkan. Ini kukatakan bukan berarti aku pasrah dan tak mau berusaha untuk membuktikan apa yang telah dikatakan orang tuamu adalah sebuah kebohongan. Seperti kata
katamu dulu.
Ku akui kau ibarat bunga yang selalu mekar dengan warna-warna yang indah. Bunga yang selalu memberi pesona sepanjang denyut-denyut nadi. Bunga yang terpagar rapi dengan jeruji yang terlilit duri. Mungkin aku belum mampu untuk memetik walau kau yang berharap aku akan menyiram kala pagi dan memetiknya kala senja.
Setiap orang memang ada perbedaan. Cuma perbedaan itu dapat dengan mudah dipadukan asal yang memadukannya penuh dengan sikap kedewasaan. Tetapi perbedaan antara aku dan dirimu sangat jauh dan sangat sulit untuk dipadukan sesuai dengan harapan.
Aku masih ingat kata katamu dulu. Yang menjalani nya kita bukan mereka. Asal kamu tahu kamu adalah bagian dari mereka. Kamu tak kan ada tanpa mereka dan kamu akan selalu butuh mereka.
Hidup bukanlah sebuah cerita yang ditulis oleh pakar-pakarnya. Cerita yang kebanyakan mengaduk alur ceritanya terbuat menarik. Sehingga para pembaca terpesona dan seakan dia yang menjalaninya. Cerita yang di ending khusus supaya para pembaca lega dan tersentuh hatinya.
Harusnya kau sadari Cerita yang kita jalani ini berbeda. Aku bukan lah pangeran yang bisa membawa permaisurinya ke singgasana. Aku hanyalah seorang pecundang(kata bapakmu) yang akan membawa suram bahkan gelap masa depanmu. Tak ada sesuatu yang dapat kamu banggakan. Percuma kalau yang kita jalani hanya dilandaskan cinta. Karna cinta bukanlah segalanya. Cinta hanya suatu sikap egoisme kita selaku manusia. Siapa yang bisa menjamin cinta akan mempermudah segalanya dan membuat orang bisa bahagia..
Maaf semua ini bukan menandakan aku seorang pengecut yang mudah menyerah dengan segala kesulitan. Justru karna aku menyayangimu aku harus pamit undur, berharap kamu bisa mendapatkan yang terbaik seperti harapan orang tuamu.
Tak ada singa yang melempar anaknya kejurang. Apa yang mereka inginkan adalah sebuah doa untukmu. Mereka tak ingin kamu terpuruk dan rendah seperti aku. Segala sesuatu yang terbaik bagimu telah dipikirkan sebelumnya.
Jika kau mau menangisi atau mau tersenyum dengan semua ini. Silahkan saja..
Aku bukannya tidak peduli. Tetapi aku harus menuruti kata hatiku. Tak perlu semua ini kita paksakan. Yang ada kekesalan dan kemarahan makin banyak nantinya. Mungkin cuma kata maaf yang harus ku ucapkan berulang-ulang kali. Aku tak menepati janjiku, mencoba setia seperti apa yang telah aku katakan di waktu dulu..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar